Sabtu, 20 Juni 2009

TAJUK: Membangun Pola Pikir dan Citra Mesuji

Pada Selasa (16-6), Pemerintah Kabupaten Mesuji bekerja sama dengan Lampung Post menggelar diskusi terbatas membahas tentang budaya Mesuji di Kantor Redaksi Lampung Post. Beberapa ahli dihadirkan. Ada Prof. Dr. Sudjarwo, Iswadi Pratama, Syaiful Irba Tanpaka, Agus Sri Danardana, Ismail Ishak, dan berbagai kalangan.

Saat menyampaikan sambutan pembuka, Penjabat Bupati Mesuji Husodo Hadi mengaku sengaja mengundang para ahli itu untuk menyampaikan pandangan tentang budaya, khususnya kultur Mesuji. Tujuannya, membuka cakrawala tentang citra dan cara pandang masyarakat Lampung pada umumnya terhadap "orang Mesuji".

Menurut bupati yang dokter hewan itu, pembangunan tidak akan berjalan jika suasana batin di dalam masyarakatnya tidak kondusif. Investasi juga tidak akan hadir jika kesan dari masyarakat luas tentang Mesuji masih buruk. Itu tujuan diskusi kebudayaan yang digelar.

Apresiasi dari beberapa narasumber mengalir ketika mantan Asisten Bidang Perekonomian di Pemprov Lampung itu. Budayawan Iswadi Pratama mengaku baru kali ini diundang bupati untuk berbincang soal budaya. Demikian pula Prof. Sudjarwo yang juga Dekan FKIP Unila, mengaku terkejut dengan prakarsa Mesuji memulai pembangunan dari budaya.

Apresiasi yang tinggi kepada prakarsa Bupati bukan hanya pujian. Selain menyatakan bahwa jalan yang ditempuh sudah benar dan memberi dukungan, hampir semua narasumber langsung memberi sinyal peringatan. Sebab, langkah itu sama sekali tidak populis dan di luar "kelaziman" pemimpin zaman pragmatis ini.

Iswadi, misalnya, meminta Bupati tidak memaknai kebudayaan sekadar pelekatan simbol-simbol dan artefak yang dipaksakan untuk mengingatkan masa kejayaan suatu daerah. Itu memang perlu, kata Iswadi, tetapi muara yang ingin dituju bukan monumental fisik, melainkan maknawi.

"Orang asing tidak gumun dengan fasilitas hotel berbintang dan sesuatu yang artifisial. Semua itu mereka sudah punya. Yang mereka ingin lihat adalah budaya asli yang masih lestari dan terpelihara," kata dia.

Sudjarwo juga mengingatkan agar pemangku kebijakan daerah memberi ruang yang luas untuk ekspresi budaya lokal yang mengakar. Sebab, ia yakin setiap daerah dengan kekentalan etniknya pasti mempunyai entitas budaya yang secara batiniah diyakini dan amini semua anggotanya. "Kita harus mengimpun kearifan lokal untuk kemudian diluncurkan sebagai etos kerja. Kita harus membesarkan apa yang sudah ada di masyarakat, bukan membangun kebesaran lain di luar masyarakat."

Ia mengimbau pemerintah tidak memaksakan kehendak dengan rencana mercusuar yang idenya datang hanya dari satu kepala dan diberi tepuk tangan oleh para penjilatnya. Sebab, pola ini yang saat ini terjadi di beberapa daerah dalam membangun atas nama kebudayaan. Faktanya, itu tidak didukung seluruh anggota elemen.

Sekali lagi, langkah Mesuji memang sudah benar. Yang menjadi masalah adalah sudah cukup pahamkah rakyat untuk menerima kebijakan tidak populis ini. Sebab, fakta di lapangan masyarakat dihadapkan dengan infrastruktur wilayah yang amat buruk. Jalan yang hancur, listrik PLN yang belum masuk, fasilitas kesehatan dan pendidikan yang tidak memadai, dan masalah lainnya.

Ini adalah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dengan kerja keras. Sebab, beriring dengan penggarapan lahan budaya yang hasilnya tidak dapat dilihat langsung secara fisik, pembangunan fisik juga harus dikebut. Ini menjadi tugas bupati dan struktur di bawahnya untuk mengemban tugas dengan seimbang.

Tugas ini akan jauh lebih berat ketika menurut kabar, kabupaten yang baru berumur dua bulan ini belum mendapat fasilitas dan dana untuk menjalankan roda pemerintahan. Struktur pemerintahan yang lengkap juga baru terbentuk belum sepekan. Mereka harus berjibaku untuk pekerjaan berat tanpa fasilitas dan biaya operasional. Jika ini berjalan dan berhasil, Mesuji akan menjadi satu-satunya daerah yang akan menapaki tangga kemajuan secara sistematis. Selamat berjuang, Mesuji!

Baca Selengkapnya....

Rabu, 17 Juni 2009

Membangun Mesuji dengan Pendekatan Budaya

Mesuji sejak dulu dicitrakan sebagai daerah "berbahaya" dan dikenal rawan kejahatan menjadikan daerah itu terisolasi. Untuk itu perlu strategi pembangunan dengan pendekatan budaya masyarakat, sehingga citra buruk itu akhirnya hilang.

Budayawan Lampung, Iswadi Pratama mengatakan sebelum membangun Mesuji, mindset atau pemikiran negatif terhadap kampung dan masyarakat Mesuji ini harus diubah. "Bagaimana kita mau membangun di Mesuji, kalau pemikiran kita masih negatif. Takut nanti diracun, dan sebagainya. Kita membangun pikiran yang positif-positif dulu tentang Mesuji, baru membangun Mesuji," kata Iswadi dalam dikusi dengan tema Strategi pengangkatan, pengembangan, dan penguatan kebudayaan Mesuji sebagai identitas daerah di kantor Lampung Post, Selasa (16-6).

Diskusi terbatas ini juga menghadirkan Penjabat Bupati Mesuji Husodo Hadi, Syaiful Irba Tanpaka (Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung), Sudjarwo (akademisi FKIP Unila), Agus Sri Danardana (Kepala Kantor Bahasa Lampung), Ismail Ishak, tokoh pemekaran Mesuji dan tokoh adat serta tokoh pemuda Mesuji.

Menurut Iswadi, pembangunan Mesuji paling tepat dilakukan dengan pendekatan budaya. Sebaiknya, dalam waktu dekat Pemkab bisa mengundang peneliti dan penulis nasional atau lokal melakukan perjalan ke Mesuji dan mengeksposenya. "Orang harus kenal dulu dan memiliki pemikiran yang positif tentang Mesuji," ujarnya.

Pembangunan dengan pendekatan kebudayaan di Kabupaten Mesuji harus dilakukan dengan mempertahankan keaslian dan keabadian. Tetapi, yang lebih penting lagi adalah melestarikan sosio-kultur yang berkembang di masyarakat Mesuji, seperti bahasa, tradisi, adat-istiadat, dan sebagainya.

"Jika di Mesuji itu ciri khas dan ikonnya sungai, mari kita mulai dari sungai. Adakan festival sungai, menjaga kelestarian sungai dengan mempertahankan rumah yang menghadap ke sungai," ujarnya.

Kemudian Guru Besar FKIP Universitas Lampung, Sudjarwo, mengatakan harus ada peta budaya untuk membuat entitas Mesuji. Pemkab bisa membuat portal internet tentang Mesuji. Dengan begitu masyarakat Mesuji yang tersebar di berbagai daerah bisa memberikan masukan. Selain itu juga dibutuhkan sebuah slogan yang menjadi etos kerja dan semangat semua orang yang ada di Mesuji.

"Tapi jangan sampai slogan ini membuat atas antara orang Mesuji dan pendatang lain. Etos itu untuk membangun semangat kerja bersama-sama demi kesejahteraan Mesuji," kata Dekan FKIP Unila itu.

Sementara itu Penjabat Bupati Mesuji Husodo Hadi mengatakan untuk membangun daerahnya, dalam waktu satu tahun ke depan dia akan membuat srncana pembangunan jangka menengah (RPJM) lima tahunan. Pembangunan Mesuji harus dilakukan dengan pendekatan kebudayaan karena Mesuji memiliki kebudayaan sendiri.

Pernyataan bupati itu diperkuat tokoh pemekaran Mesuji, Ismail Ishak. Menurut dia, Mesuji berasal dari nama sungai. Tahun 1860, mayarakat dari Sira Pulau Padang di OKI, Sumatera Selatan, membangun permukiman di tepian Sungai Mesuji dan bekerja dengan bercocok tanam serta menangkap ikan. Namun tahun 1918, terjadi sangketa antara suku Palembang dan suku Lampung Tulangbawang memperebutkan Kampung Mesuji. Pemerintah Belanda lalu menetapkan Mesuji sebagai adat dan kebudayaan tersendiri dengan simbol payung putih besar dari kain sutera. (Lampost)

Baca Selengkapnya....

Rabu, 03 Juni 2009

ASPIRASI: Impi Minta Mendagri Ganti Pj. Bupati

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Ikatan Mahasiswa Peduli Mesuji (Impi) mendesak Gubernur Lampung dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) mengganti Penjabat Bupati Mesuji yang dinilai tidak mendengar aspirasi masyarakat setempat.

Ihwanudin, Ketua Impi Lampung, di Kantor Redaksi Lampung Post, Selasa (2-6), mengatakan Pj. Bupati Mesuji drh. Husodo Hadi, sampai kini masih berkeras menghendaki lokasi perkantoran sementara di Kampung Brabasan, Tanjungraya. Padahal, sesuai UU No. 49/2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji, lokasi perkantoran pemkab di Kampung Sidomulyo, Kecamatan Mesuji. "Kami khawatir, ada permainan politik dalam penetapan kantor pemkab. Jangan sampai karena adanya pemaksaan kehendak pihak tertentu dalam penentuan kantor pemkab, Mesuji selalu berpolemik," kata Ihwanudin.

Ihwanudin yang didampingi Sekretaris Impi, Asrul Anwar, dan empat anggotanya (Mahmud Sahroni, Sofyan Hadi, Maulana Bahri, dan M. Nurholis), juga mengatakan masyarakat Mesuji jauh sebelumnya telah menyiapkan lokasi perkantoran sementara serta rumah dinas yang siap untuk ditempati pejabat, yaitu di Kampung Sidomulyo.

"Tapi, Pj. Bupati tampaknya kurang menghargai jasa Tim Panitia Pelaksana Pemekaran Kabupaten Mesuji (P3KM), serta jasa masyarakat yang telah bersusah-payah memperjuangkan Kabupaten Mesuji," kata dia.

Beberapa waktu lalu, kata Ihwanudin, pihaknya sudah menemui Pj. Bupati Mesuji terkait pemindahan kantor sementara tersebut. Alasan Pj. Bupati sangat tidak rasional. "Beliau mengatakan di Kampung Sidomulyo tidak ada listrik. Padahal, sebaliknya di Kampung Sidomulyolah yang ada listriknya," kata Asrul Anwar.

Dengan adanya polemik ini, lanjut Ihwanudin, pihaknya meminta kepada Gubernur Lampung dan Mendagri mengganti Pj. Bupati Mesuji, dengan segera. Sebab tidak menghargai keberadaan marga Mesuji dan tidak melaksanakan UU No. 49/2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji.

Baca Selengkapnya....



KELUARGA BESAR
IKATAN KELUARGA BESAR PEMUDA MESUJI (IKBPM) DAN SELURUH MASYARAKAT MESUJI
MENGUCAPKAN SELAMAT DAN SUKSES
ATAS DILANTIKNYA
SJACHROEDIN Z.P.-M.S. JOKO UMAR SAID SEBAGAI GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR LAMPUNG PERIODE 2009--2014
DALAM RAPAT PARIPURNA ISTIMEWA DI GEDUNG DPRD LAMPUNG
SEMOGA DAPAT MENGEMBAN AMANAH MASYARAKAT DENGAN BAIK

Baca Selengkapnya....

Senin, 01 Juni 2009

ARAH PEMBANGUNAN MESUJI

"Abu Rosid Istomi"
Wakil Sekretaris P3KM dan Mahasiswa Magister Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Ilmu Lingkungan Universitas Lampung

TULISAN membangun Mesuji melalui budaya sangat menarik. Bahwa membangun Mesuji dari sudut pandang budaya adalah sangat penting, mengingat kultur dan budaya Mesuji ada perbedaan dengan 13 kabupaten/kota lain di Provinsi Lampung. Mesuji secara geografis terletak di bagian timur Provinsi Lampung dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Ogan Komiring Ilir Sumatera Selatan sehingga sejarah dan bahasa sangat dipengaruhi kultur dan budaya Melayu Sumatera Selatan.
Ada yang cukup signifikan yang perlu diperhatikan seorang pejabat Bupati Mesuji dalam waktu dekat. Pertama, pejabat Bupati jangan memasuki wilayah sensitif dan rawan konflik politik kepentingan (politic of interest). Beberapa waktu lalu, P3KM pun melakukan studi banding tentang persiapan perkantoran sementara saudara kembarnya. Kabupaten Tulangbawang Barat ternyata melesat sangat jauh.
Kedua, komunikasi antara P3KM, tokoh masyarakat, adat, dan seluruh elemen masyarakat sejak awal harus dibangun dengan baik. P3KM adalah sebuah lembaga yang cukup berkeringat dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat ke semua instansi terkait demi kelancaran dan percepatan terbentuknya Kabupaten Mesuji yang di dalamnya ada orang-orang yang telah mendedikasikan diri untuk membangun Mesuji.
Ketiga, Mesuji dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di seluruh Lampung adalah yang paling tertinggal. Sehingga wajar infrastrukturnya jauh dari yang diharapkan. Yang paling menonjol hampir semua jalan kampung, kecamatan, dan provinsi tidak berbentuk dan rusak berat termasuk jalan menuju ke Kampung Sidomulyo, ibu kota Kabupaten Mesuji.

Pembangunan Mesuji
Memang diakui belum kondusif kondisi di masyarakat, terkait perkantoran sementara, telah terbentang pula tugas baru pejabat Bupati Mesuji ke depan. Selain membentuk struktur oganisasi, memfasilitasi pembentukan lembaga DPRD dan pilkada langsung, ada tugas teknis lain yang cukup berat membangun Mesuji ke depan, terutama jika tidak cukup waktunya dalam setahun, minimal telah membuat renstra penataan dan pemetaan wilayah.
Pertama, pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, irigasi, dan pembangunan kantor Pemkab Mesuji. Sekitar 80% ruas jalan di Kabupeten Mesuji belum beraspal. Kalaupun beraspal, aspalnya sudah terkikis air. Pembukaan daerah terisolasi seperti jalan tembus Wiralaga Kecamatan Mesuji ke Tanjung Mas Makmur (KTM) Mesuji Timur. Membangun jembatan dan jalan KTM Mesuji Timur menuju Kecamatan Rawa Jitu Utara. Jika memungkinkan, jalan dan jembatan tembus ke Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Kedua, pembangunan sosial budaya. Perhatian terhadap sosial budaya dan adat istiadat sangat penting karena terkait identitas suatu wilayah. Dengan adat-istiadat bisa tergambarkan kondisi realitas dan aktivitas masyarakat setempat. Budaya dan adat istidat Marga Mesuji adalah sinkritis dari budaya Lampung dan Palembang. Secara geografis sejak 1964, wilayah Kabupaten Mesuji masuk Provinsi Lampung, tetapi nenek moyangnya berasal dari Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Dua budaya melebur menjadi satu, yakni budaya Mesuji. Maka ada kemiripan dengan adat istiadat Lampung dan banyak kesamaan dengan Sumatera Selatan. Selain budaya dan adat istiadat, perlu juga meneliti bahasa, sejarah Mesuji, lambang/logo dan semboyan kabupaten.
Ketiga, pendidikan. Variabel pendidikan dianggap penting karena sangat berhubungan dengan pembentukan mental dan kepribadian masyarakat dalam membangun dan meningkatkan kesejahteraannya. Pola pikir yang dinamis dan terbuka hanya dimiliki masyarakat yang telah tersentuh dan mengenyam pendidikan yang tinggi. Program ini harus didukung perangkat yang lengkap, kualitas guru yang baik, gedung sekolah dan fasilitas lainnya yang memadai.
Keempat, pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan rumah sakit, puskesmas tipe perawatan, dan pustu di semua desa. Masih tingginya angka kematian bayi dan ibu yang meninggal melahirkan, maka distribusi bidan desa dan para medis harus merata. Apalagi dokter PNS/PTT di setiap puskesmas harus ada dan diharapkan mukim di lokasi kerja.
Kurun waktu setahun pejabat Mesuji tidak mungkin dapat menyelesaikan semua program di atas. Setidaknya ada skala prioritas, terutama sebagian pembangunan infrastruktur dan pengembangan sosial budaya. Infrastruktur dan sosial budaya lebih perioritas karena infrastruktur perkantoran pemkab dan jalan menuju ke Sidomulyo, adalah vital. Tidak mungkin selamanya perkantoran bupati dan dinas/badan terus menumpang dan menyewa rumah warga. Sosial budaya, dianggap penting karena sosialisasi dan pengenalan kabupaten baru yang cukup efektif melalui event budaya, sehingga dipandang perlu pembinaan dan penetapan budaya Mesuji dalam waktu dekat.
Terkait ekonomi, perkebunan dan pertanian jika infrakstruktur jalan dan irigasinya baik, maka akan dengan sendirinya perputaran roda perekonomian dapat berjalan. Pemerintah hanya memberi sedikit stimulus subdisi dan kebijakan regulasi. Ketika kesejahteraan (ekonomi) meningkat, mudah-mudahan keamanan kamtibmas relatif stabil.

Baca Selengkapnya....

ROFIL KTM MESUJI





I. Gambaran Umum
a.Kabupaten Tulang Bawang.
Kabupaten Tulang Bawang termasuk ke dalam wilayah Provinsi Lampung terdiri atas 24 kecamatan, 240 kampung/kelurahan, terhitung sejak keluarnya Perda No. 07 Tahun 2005 (BPS, 2006). Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas wilayah 7.770,84 Km2 atau 22 % dari luas keseluruhan Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang terletak pada jalur jalan nasional yaitu jalan Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan Kota Bandar Lampung dengan kota-kota utama di Pulau Sumatera.

b.Kawasan KTM Mesuji
Kawasan KTM meliputi 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Mesuji dengan Ibukota Wiralaga, Kecamatan Mesuji Timur dengan Ibukota Tanjung Mas Makmur, Kecamatan Tanjung Raya dengan Ibukota Brabasan, dan Kecamatan Simpang Pematang dengan Ibukota Simpang Pematang. Luas kawasan ini adalah 108.097,98 Ha dan posisi geografis pada posisi 03o45’ – 04o5’ Lintang Selatan dan 105o07’ - 105o38’ Bujur Timur. Lokasi transmigrasi yang termasuk KTM adalah Kawasan Transmigrasi Mesuji Atas yang terdiri dari Satuan Pemukiman (SP) 1 s/d 13, dan Kawasan Mesuji F terdiri dari Satuan Pemukiman (SP) 1 s/d 3, serta Kawasan Mesuji A, B, C, D dan F

II. Asesibilitas.
Pencapaian kawasan dapat ditempuh melalui jalan darat dengan jarak dari Ibu Kota Kabupaten ke kawasan KTM adalah 102 Km. Kondisi jalan cukup baik.

III. Sumber Daya Fisik
a. Topograpi
Ketinggian kawasan ini berkisar dari 0 sampai 90 m di atas permukaan laut. Kawasan ini sebelah barat memiliki topografi berombak sampai berbukit, dengan kemiringan berkisar antara 3 sampai 30 % seluas 2.15 %. Sebelah timur di sepanjang aliran sungai Mesuji, topografinya relatif datar dengan kemiringan berkisar antara 0 – 3 % seluas 97.85 %.
b. Geologis
Kawasan ini tersusun dari formasi geologi Aluvium (Qa), Pasir Kuarsa (Qak), Endapan Rawa (Qs), Formasi Kasai (Qtk), dan Formasi Muaraenim (Tmpm). Formasi geologi yang paling luas adalah Formasi Muaraenim (Tmpm) Areal dimana lokasi transmigrasi berada terutama tersusun atas formasi geologi Aluvium dan Endapan Rawa.
c. Sistem Lahan
Kawasan ini tersusun atas 7 sistem lahan yaitu Gambut, Kahayan, Kajapah, Klaru, Muara Beliti, Mendawai, dan Putting. Sistem lahan yang memiliki luasan terbesar adalah sistem lahan Muara Beliti yaitu seluas 254.781.68 hektar atau 55,83 % dari seluruh kawasan.
d. Jenis Tanah
Jenis tanah digolongkan dalam tiga kelompok besar yaitu kelompok tanah lahan kering, kelompok tanah lahan basah yang memiliki ciri hidromorfik dan kelompok tanah gambut. Kelompok tanah lahan kering berada di bagian barat dan kelompok tanah lahan basah berada di bagian timur.
e. Kesesuaian Tanah
Hasil analisis kesesuaian lahan dikawasan ini menghasilkan zonasi wilayah pengembangan yang berkisar dari sangat sesuai (S1) sampai tidak sesuai (N). Untuk pengembangan tanaman budidaya yang dinilai cukup sesuai adalah kelapa sawit, karet, padi, jagung dan singkong.
f. Penggunaan Tanah
Penggunaan lahan meliputi perkebunan kelapa sawit, karet, perkebunan rakyat, sawah dan tegalan, lahan terbuka serta rawa. Perkebunan kelapa sawit pada umumnya milik swasta dalam skala besar, diantaranya milik PT. Barat Selatan Makmur Investindo (PT.BSMI / PT. LIP), PT. Bumi Waras (PT. BW), dan PT. LA serta PT. Budi Dwiyasa.
Luasan kawasan yang dialokasikan pada wilayah perencanaan adalah seluas 109,302.23 Ha meliputi kawasan lindung (8,373.19 Ha), Lahan Terbuka (1,046.42 Ha), Pemukiman (4,023.53 Ha), Pengembangan Akasia (411.50 Ha), Pengembangan Perkebunan Besar (Kelapa Sawit) (24,806.47 Ha), Pengembangan Tanaman Jagung (8,354.29 Ha), Pengembangan Tanaman Pangan Padi (10,154.11 Ha), Pengembangan Tanaman Pangan palawija (2,584.16 Ha) dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Rakyat (Kelapa Sawit atau Karet) (49,548.57 Ha). Sedangkan alokasi untuk KTM seluas 47,285.75 meliputi Kawasan Lindung (4,102.06 Ha), Pemukiman (1,790.35 Ha), Pengembangan Perkebunan Besar (Kelapa Sawit) (8,921.54 Ha), Pengembangan Tanaman Pangan Jagung (8,347.71 Ha), Pengembangan Tanaman Pangan Padi (10,100.94 Ha), Pengembangan Tanaman Pangan palawija (2,484.06 Ha), dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Rakyat (Kelapa Sawit atau Karet) (11,539.09 Ha.

IV. Sosial Agama dan Ekonomi..
a. Kependudukan
Penduduk di kawasan ini berjumlah 111.203 jiwa atau 29.552 KK. Jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Simpang Pematang, yaitu sebanyak 35.719 jiwa (atau 32,12 % dari total jumlah penduduk), diikuti oleh Kecamatan Tanjung Raya, sebanyak 31.653 jiwa (atau 28,46 % dari total jumlah penduduk), Kecamatan Mesuji Timur sebanyak 30,097 jiwa (atau 27,06 % dari total jumlah penduduk), dan Kecamatan Mesuji sebanyak 13.734 jiwa (atau 12,35 % dari total jumlah penduduk). Dari jumlah tersebut, jumlah usia produktif mencapai 78.675 jiwa.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan SD – SLTP mencapai > 75 % dari jumlah penduduk. Tingkat pertisipasi pendidikan SD mencapai 100 %, untuk SLTP mencapai 90 %, sedangkan SLTA hanya 65 %. Pergerakan kedalam (in migration) terjadi pada aktivitas perdagangan, sedangkan pergerakan keluar (out migration) terjadi pada pencarian lapangan pekerjaan.
c. Mata Pencaharian
Mata pencaharian pokok yang dominan adalah bekerja pada sektor perkebunan yaitu sebesar 81,54 % dari total penduduk, diikuti oleh sektor pertanian (8,32 %), sektor jasa (4.9 %).
d Produksi Pertanian
•Sektor Tanaman Pangan.
Luas tanam padi dan palawija 17.787 ha, ubi kayu 12.949 ha, padi ladang 1.007 ha, jagung 4.225 ha, kedelai 176 ha, kacang tanah 151 ha, kacang hijau 61 ha dan ubi jalar seluas 51 ha. Data produksi padi dan palawija tercatat yakni padi sawah sebesar 74.981 ton, padi ladang 2.686 ton, jagung 18.853 ton, kedelai 188 ton, kacang tanah 158 ton, kacang hijau 57 ton, ubi kayu 252.966 ton, dan ubi jalar sebesar 358 ton. Dari data-data tersebut bahwa Kecamatan Mesuji Timur dijadikan sentra penghasil padi dan jagung.
•Sektor Tanaman Hortikultura
Jenis tanaman hortikultura yang dimaksud adalah jenis buah-buahan, sayuran dan biofarmaka antara lain adalah jeruk, nenas, pisang, salak, rambutan, cabe merah, kacang panjang, terong, ketimun, jahe, kencur, laos, temulawak, dan lempuyang. Dari komoditas tersebut, jenis paling banyak ditanam adalah jeruk sebanyak 49.520 pohon, sedangkan jenis sayuran yang paling banyak ditanam adalah cabe merah, yaitu seluas 96 hektar. Jenis biofarmaka adalah kencur, yaitu seluas 11.541 m2. Komoditas jeruk cukup berpotensi untuk ditanam dan telah dibangun perkebunan jeruk oleh investor swasta. Hasil jeruk yang diperoleh cukup baik, bahkan jeruk ini dikenal memiliki citarasa yang khas.
e Pemasaran
Ketersediaan pemasaran dikawasan ini terdiri dari 2 pasar yang cukup besar, yaitu di desa Gedung Ram dan di desa Tanjung Mas Makmur. Pasar di Gedung Ram dikunjungi ramai pada hari Selasa, Jum’at dan Minggu. Pasar ini menjadi tempat berbelanja, baik bagi penduduk setempat maupun penduduk dari desa-desa sekitar.

V. Sarana dan Prasarana Pemukiman .
a.Lembaga Ekonomi.
Lembaga ekonomi untuk mendukung perekonomian di kawasan ini terdapat beberapa lembaga ekonomi seperti daftar pada tabel berikut :
No Kecamatan KUD/Koptan Bank/BRI Kios Saprodi Pasar
1 Simpang Pematang 1 - 11 -
2 Tanjung Raya 1 - 8 8
3 Mesuji - - 4 3
4 Mesuji Timur 1 - 15 5
Total 3 0 38 16
Sumber : Database Perkebunan dan Kehutanan, 2005

b. Sarana Kesehatan.
Ketersediaan fasilitas kesehatan di kawasan ini terdiri dari Puskesmas Pembantu (Pustu) berjumlah 14 unit, Puskesmas Induk berjumlah 5 unit dan Puskesmas Perawatan berjumlah 1 unit.
c. Sarana Pendidikan.
Di wilayah lokasi KTM, sarana pendidikan masih relatif sedikit dan relatif belum merata. Fasilitas pendidikan yang ada terdiri dari TK (7 buah), SD (18 buah), SLTP (10 buah), SLTA ( 3 buah), Pondok Pesantren/PP (15 buah), 13 buah fasilitas pendidikan lain-lain. Dari beberapa fasilitas pendidikan tersebut, hanya fasilitas SD yang terdapat di setiap desa, sedangkan SLTA hanya terdapat di Desa Tanjung Mas Makmur, Dwi Karya Mustika, dan Wonosari.
d. Prasarana Jalan.
Prasarana jalan antar desa/kecamatan pada saat ini sebagian besar berada dalam kondisi rusak. Aspal yang lama sebagian besar sudah mengelupas/lepas, dan sebagian jalan masih berupa jalan tanah.
e. Prasarana Peribadatan.
Prasarana peribadatan yang terdapat dikawasan ini adalah Masjid 100 buah, Surau 332 buah, Gereja 11 buah, Wihara 1 buah, Pura 3 buah.
f. Sumber Air Minum.
Sejauh ini air minum yang digunakan oleh penduduk adalah air sumur buatan masing-masing penduduk. Air sumur tersebut umumnya memiliki kualitas air masih rendah. Sebagian penduduk mengggunakan air hujan. Sumber air tanah dengan kualitas yang cukup baik yang kemungkinan dapat dimanfaatkan telah diidentifikasi ada di Desa Margojadi.
g. Sumberdaya Kelistrikan.
Kebutuhan listrik dilayani oleh PLN pada masing-masing kecamatan. Jumlah pelanggan listrik adalah 883 pelanggan, yang terdiri dari 386 pelanggan di Kecamatan Mesuji dan 497 pelanggan di Kecamatan Simpang Pematang. Sementara itu masyarakat masih ada menggunakan minyak tanah sebagai sumber penerangan, dan sebagian sudah ada yang memiliki Genset pribadi dengan kapasitas ± 1500 watt.
h. Failitas Olahraga.
Fasilitas olahraga di kawasan ini cukup banyak yaitu lapangan sepakbola (15 buah), lapangan bola voli (48 buah), dan lapangan bulutangkis (27 buah). Fasilitas olahraga tersebut tersebar di desa-desa.
i. Kelembagaan Pertanian.
Dikawasan ini tercatat sejumlah 23.671 orang angota kelompok taninya dari 561 kelompok. Jumlah kelompok tani terbanyak terdapat di Kecamatan Mesuji Timur dengan jumlah anggota sebanyak 6.771 orang. Dikawasan ini telah adanya kelompok-kelompok tani yang terstruktur yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam rangka pengembangan agribisnis untuk pengembangan usaha. Disamping itu juga tercatat adanya kelompok-kelompok tani wanita yang hanya terdapat di Kecamatan Simpang Pematang.

VI. Potensi Wilayah.
a. Sektor Pertanian.
Sesuai dengan analisa kesesuaian lahan bahwa komoditas unggulan untuk dikembangkan meliputi kelapa sawit, karet, jagung dan padi. Selain itu komoditas jeruk yang ditanam masyarakat menunjukkan bahwa wilayah ini cukup berpotensi untuk pengembangan tanaman jeruk. Tanaman jeruk pada saat ini telah diusahakan menjadi perkebunan oleh investor swasta. Hasil jeruk yang diperoleh memang sejauh ini cukup baik, bahkan jeruk dari wilayah ini dikenal memiliki citarasa yang khas. Luas lahan yang “sesuai” untuk perkebunan adalah seluas 148.076 hektar, sementara itu, total lahan perkebunan di kawasan ini adalah 38.087 hektar, sehingga masih terdapat lahan yang berpotensi yang belum dimanfaatkan seluas 109.989 hektar atau 74,28 %. Dikawasan ini bibit kelapa sawit dan karet tersedia di kecamatan Tanjung Raya.
b. Sektor Peternakan.
Meskipun sektor peternakan kelihatannya bukan merupakan unggulan untuk dikembangkan sejauh ini, namun dalam kerangka pengembangan wilayah, peran sektor ini perlu dilihat. Apalagi dalam kerangka pertanian modern, sektor peternakan tidak hanya dapat berperan dari sisi hasil ekonomis yang diperoleh, melainkan juga aspek-aspek lain seperti penyediaan pupuk organik. Populasi Ternak Besar, Kecil dan Unggas Tahun 2005
No Kecamatan Ternak Besar Ternak Kecil Unggas
Sapi Kerbau Babi Kambing Domba Ayam RasBuras Bebek/Itik
1 SimpangPematang 4.564 7 189 15.591 - - 19.944 330
2 Tanjung Raya 6.581 120 486 13.862 26 - 51.209 -
3 Mesuji 3.555 219 606 9.017 129 - 39.078 959
4 Mesuji Timur - 93 - - - - 51.818 1.920
Jumlah 14.700 439 1.281 38.470 155 - 162.049 3.209
Sumber : BPS, 2006

Produksi daging di kawasan ini cukup besar, khususnya daging sapi dan kambing. Jumlah produksi daging masing-masing hewan ternak berturut dari besar ke kecil adalah daging sapi sebesar 105.660,80 kg, daging kambing sebesar 27.922,5 kg, daging babi sebesar 6.037,5 kg, daging ayam buras sebesar 5.770,97 kg, daging ayam ras sebesar 1.505,46 kg, dan daging bebek/itik sebesar 578,82 kg.
c. Sektor Perikanan
Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor perikanan adalah sebanyak 524 orang, diantaranya 309 orang sebagai nelayan sungai/rawa dan 215 orang sebagai petani ikan kolam. Dengan melihat data-data ini, terlihat bahwa sektor perikanan yang bisa dikembangkan di wilayah ini adalah perikanan darat.

VII. Potensi Bisnis.
Dari data potensi lahan yang disampaikan diatas, meliputi usaha bidang pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan dapat anda cermati untuk pilihan anda. Selain itu kegiatan lain yang mungkin dapat anda manfaatkan sesuai dengan keahliannda diantaranya sektor industri, sektor perdagangan dan jasa lainnya. Bagi yang berminat silahkan menghubungi instansi Dinas Tenagakerja dan Transmigrasi setempat untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut dan peluang yang dapat difasilitasi oleh pemerintah untuk anda.

Baca Selengkapnya....

Sabtu, 23 Mei 2009

Membangun Mesuji dari Pintu Budaya




Sebuah gagasan nyeleneh datang dari Penjabat Bupati Mesuji drh. Husodo Hadi. Dalam wawancara di Lampung Post, Minggu, 10 Mei 2009 lalu, dia menunjukkan potensi dan strategi membangun kabupaten baru yang lahir pada 29 Oktober 2008 ini. Dia bilang daerah transmigran ini akan segera menjadi kawasan agroindustri dan akan memberi stimulasi yang cukup untuk mengembangkan agrobisnis. Ekonomi kerakyatan, potensi perikanan dengan panjangnya Sungai Way Mesuji yang memagari, dan pengembangan perdagangan-jasa di lintasan jalinsum yang membelah wilayah.

Ia juga sudah mengelilingi wilayah seluas 2.184 km2 dan berpenduduk 188.999 jiwa itu untuk melakukan identifikasi masalah dan mengintip potensi. Juga menggali aspirasi dan suara alam yang mungkin dapat digunakan sebagai pijakan "membawa" kabupaten baru itu--setidaknya--dalam setahun terakhir.

Setelah menulis dan memublikasikan obsesi dan rencana-rencana pemangku pemerintahan di Kabupaten Mesuji itu, saya dan tentu saja rakyat Mesuji ingin segera melihat aksinya. Sebab, aksi atau kerja nyata dari apa yang disampaikan itu yang sangat ditunggu. Maka, ketika saya diajak bertemu di Kantor Bahasa, sungguh cukup terkejut. Apa relevansi lembaga bahasa yang suatu lembaga vertikal itu dengan pembangunan di Mesuji? Sebab, para bupati lain sedang gigih menggempur pembangunan fisik, ekonomi, mobil dinas, tapal batas, dan sebagainya.

Meskipun demikian, saya tetap hadir. Di ruang rapat kecil itu, Husodo menyampaikan maksud dan tujuannya. "Saya ingin pembangunan di Kabupaten Mesuji benar-benar melalui tahapan yang terstruktur dan sistematis. Maka saya ke sini, ke Kantor Bahasa," kata dia.

Pernyataan itu menambah penasaran. Namun, argumentasi dengan bahasa yang terstruktur dan pemahaman logika yang filosofis membuat keheran-heranan saya tertenangkan. Ia mengatakan pembangunan fisik, ekonomi, dan infrastruktur yang disegerakan, jika budaya masyarakat tidak disentuh dan tidak disiapkan, semua akan sia-sia. Sebab, kerusakan fisik akibat kebiasaan buruk warga akan lebih fatal.

Diskusi dengan Kepala Kantor Bahasa dan stafnya memang cukup membuka wacana tentang cara "mengetuk pintu" pembangunan justru sangat relevan. Cara pandang Husodo untuk masuk, mengundang partisipasi rakyat, memberdayakan masyarakat, dan mengajak membangun dengan konsep kebersamaan, mengoptimalkan pemanfaatan potensi, dan menumbuhkan etos kerja dinilai oleh beberapa tokoh sebagai langkah sistematis. Agus Sri Danardana, misalnya, menyatakan salut dengan "keberanian" Husodo memilih cara ini. Sebab, kata dia, cara ini sangat tidak populis dan seakan bertentangan dengan mimpi rakyat.

Husodo mengaku memilih "pintu" ini sebagai pilihan karena banyak menganalisis masalah pada pembangunan selama ini. Tesis yang dia buktikan secara empiris adalah bahwa "bangsa kita sangat pandai membangun, tetapi tidak mampu memelihara." Ini yang membuat setiap proyek fisik yang dijalankan, apalagi proyek mercusuar, selalu menemui kebuntuan yang berakhir kepada mangkraknya fasilitas.

Fakta itu memang terbukti. Proyek-proyek yang didirikan hanya dengan asumsi-asumsi sang kepala daerah, umumnya tidak meraih sukses. Proyek Menara Siger di Bakauheni, beberapa terminal bus di kabupaten, dan fasilitas umum lainnya membuktikan itu.
Proyek-proyek itu pasti sudah melalui studi kelayakan oleh para pakar. Tentunya bukan hanya kelayakan konstruksi, melainkan juga studi kemungkinan pemanfaatannya. Namun, satu faktor yang mungkin tidak dihitung oleh para perencana dan ahli feasibility study itu adalah soal budaya atau kultur masyarakatnya.

Saya memberi apresiasi yang tinggi kepada Husodo Hadi yang berani mengabil opsi ini. Ini diperkuat dengan kondisi lokal Mesuji yang ternyata memiliki budaya khas dan memiliki perbedaan dalam beberapa kelompok.

Ia memilih duduk bersama dengan para tokoh dan menyamakan suara untuk menyepakati bahasa pembangunan (bukan bahasa etnis) yang akan dipakai untuk akselerasi daerah. Ia juga memilih mendengar, memahami, dan mengapresiasi setiap budaya (kultur, kebiasaan) setempat untuk kemudian diabsorbsi menjadi kebijakan dan diejawantahkan menjadi gerak.

Impiannya, dalam masa jabatan yang hanya setahun ini, akan ingin meletakkan dasar-dasar pembangunan yang sistematis dan mengakar. Pendekatan budaya, ujarnya, adalah mengajak semua elemen untuk berdaya maksimal untuk rakyat. Dan untuk mengajak rakyat bersama membangun Mesuji, kata dia, adalah dengan cara memahami bahasanya. Dengan bahasa yang dapat diterima, akan terajut hubungan dari hati ke hati yang lebih intens. Dari situ, kata Husodo, akan ke mana kita sepakati pembangunan Mesuji, pemerintah tinggal mendorongnya.

Langkah ini tampaknya ia seriusi. Dalam waktu dekat, ia akan mengundang beberapa tokoh Mesuji, pakar bahasa, pakar budaya, dan pengamat untuk membuat diskusi terbatas soal budaya Mesuji ini. Beberapa hal harus diakomodasi, yakni soal sejarah, budaya, adat istiadat, dan seni. Ini adalah bentuk penghargaan kepada rakyat Mesuji untuk bisa hidup saling menghargai.

Langkah ini memang terkesan kontroversial. Sebab, hingga kini ia belum punya ruang untuk berkantor di Mesuji. Ia juga belum punya staf, perangkat organisasi pemerintahan, belum punya apa-apa. Namun, apakah ia tidak melakukan percepatan untuk memenuhi kebutuhan itu? Apakah ia belum bekerja dalam rangka menyejahterakan rakyatnya? Ia menjawab "tidak!" Semua tahapan sebagai mana tugasnya sebagai penjabat bupati masih on schedule. Empat butir tugas pokok diterima Husodo dari Mendagri, yakni menyusun struktur pemerintahan dan mengisinya, memfasilitasi pembentukan DPRD, memfasilitasi pemilihan bupati definitif, dan menyelenggarakan pembangunan bekerja sama dengan kabupaten induk dan provinsi terus berjalan.(Sn.Lp.Post)

Baca Selengkapnya....

Komentar Anda


Free chat widget @ ShoutMix

Kompas.Com - Nasional

Berita Sumatera Bagian Selatan