Sabtu, 20 Juni 2009

TAJUK: Membangun Pola Pikir dan Citra Mesuji

Pada Selasa (16-6), Pemerintah Kabupaten Mesuji bekerja sama dengan Lampung Post menggelar diskusi terbatas membahas tentang budaya Mesuji di Kantor Redaksi Lampung Post. Beberapa ahli dihadirkan. Ada Prof. Dr. Sudjarwo, Iswadi Pratama, Syaiful Irba Tanpaka, Agus Sri Danardana, Ismail Ishak, dan berbagai kalangan.

Saat menyampaikan sambutan pembuka, Penjabat Bupati Mesuji Husodo Hadi mengaku sengaja mengundang para ahli itu untuk menyampaikan pandangan tentang budaya, khususnya kultur Mesuji. Tujuannya, membuka cakrawala tentang citra dan cara pandang masyarakat Lampung pada umumnya terhadap "orang Mesuji".

Menurut bupati yang dokter hewan itu, pembangunan tidak akan berjalan jika suasana batin di dalam masyarakatnya tidak kondusif. Investasi juga tidak akan hadir jika kesan dari masyarakat luas tentang Mesuji masih buruk. Itu tujuan diskusi kebudayaan yang digelar.

Apresiasi dari beberapa narasumber mengalir ketika mantan Asisten Bidang Perekonomian di Pemprov Lampung itu. Budayawan Iswadi Pratama mengaku baru kali ini diundang bupati untuk berbincang soal budaya. Demikian pula Prof. Sudjarwo yang juga Dekan FKIP Unila, mengaku terkejut dengan prakarsa Mesuji memulai pembangunan dari budaya.

Apresiasi yang tinggi kepada prakarsa Bupati bukan hanya pujian. Selain menyatakan bahwa jalan yang ditempuh sudah benar dan memberi dukungan, hampir semua narasumber langsung memberi sinyal peringatan. Sebab, langkah itu sama sekali tidak populis dan di luar "kelaziman" pemimpin zaman pragmatis ini.

Iswadi, misalnya, meminta Bupati tidak memaknai kebudayaan sekadar pelekatan simbol-simbol dan artefak yang dipaksakan untuk mengingatkan masa kejayaan suatu daerah. Itu memang perlu, kata Iswadi, tetapi muara yang ingin dituju bukan monumental fisik, melainkan maknawi.

"Orang asing tidak gumun dengan fasilitas hotel berbintang dan sesuatu yang artifisial. Semua itu mereka sudah punya. Yang mereka ingin lihat adalah budaya asli yang masih lestari dan terpelihara," kata dia.

Sudjarwo juga mengingatkan agar pemangku kebijakan daerah memberi ruang yang luas untuk ekspresi budaya lokal yang mengakar. Sebab, ia yakin setiap daerah dengan kekentalan etniknya pasti mempunyai entitas budaya yang secara batiniah diyakini dan amini semua anggotanya. "Kita harus mengimpun kearifan lokal untuk kemudian diluncurkan sebagai etos kerja. Kita harus membesarkan apa yang sudah ada di masyarakat, bukan membangun kebesaran lain di luar masyarakat."

Ia mengimbau pemerintah tidak memaksakan kehendak dengan rencana mercusuar yang idenya datang hanya dari satu kepala dan diberi tepuk tangan oleh para penjilatnya. Sebab, pola ini yang saat ini terjadi di beberapa daerah dalam membangun atas nama kebudayaan. Faktanya, itu tidak didukung seluruh anggota elemen.

Sekali lagi, langkah Mesuji memang sudah benar. Yang menjadi masalah adalah sudah cukup pahamkah rakyat untuk menerima kebijakan tidak populis ini. Sebab, fakta di lapangan masyarakat dihadapkan dengan infrastruktur wilayah yang amat buruk. Jalan yang hancur, listrik PLN yang belum masuk, fasilitas kesehatan dan pendidikan yang tidak memadai, dan masalah lainnya.

Ini adalah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dengan kerja keras. Sebab, beriring dengan penggarapan lahan budaya yang hasilnya tidak dapat dilihat langsung secara fisik, pembangunan fisik juga harus dikebut. Ini menjadi tugas bupati dan struktur di bawahnya untuk mengemban tugas dengan seimbang.

Tugas ini akan jauh lebih berat ketika menurut kabar, kabupaten yang baru berumur dua bulan ini belum mendapat fasilitas dan dana untuk menjalankan roda pemerintahan. Struktur pemerintahan yang lengkap juga baru terbentuk belum sepekan. Mereka harus berjibaku untuk pekerjaan berat tanpa fasilitas dan biaya operasional. Jika ini berjalan dan berhasil, Mesuji akan menjadi satu-satunya daerah yang akan menapaki tangga kemajuan secara sistematis. Selamat berjuang, Mesuji!

Tidak ada komentar:

Komentar Anda


Free chat widget @ ShoutMix

Kompas.Com - Nasional

Berita Sumatera Bagian Selatan